Metoda Pengelolaan Persampahan Yang Cocok Untuk Kota Bandung


Kota Bandung secara geografi berada di tengah wilayah Provinsi Jawa Barat sehingga dikelilingi oleh pegunungan dan perbukitan. Walaupun memiliki ketinggian paling rendah rata rata 790 meter diatas permukaan laut, namun Kota Bandung merupakan sebuah cekungan yang rawan terkena musibah longsor dan banjir apalagi ditambah dengan curah hujan yang cukup tinggi. 

Melihat kondisi seperti itu maka penggunaan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) yang masih diaplikasikan dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan apalagi menempatkan tempat pembuangan akhir di wilayah Kota Bandung. Selain itu pengelolaan yang berpotensi menimbulkan asap seperti insinerator perlu pengawasan dan teknologi yang sangat ketat. Hal ini dikarenakan polutan - polutan yang tidak terlihat seperti dioxin akan berkumpul dan terperangkap di cekungan Kota Bandung sehingga mencemari kualitas udara. 

Pengolahan - pengolahan yang lebih sederhana seperti komposting dan penggunaan biodigester perlu rekayasa lebih jauh terutama dalam penempatan alat-alatnya agar jauh dari limpasan air dan longsor. Lalu pengolahan sampah yang seperti apa yang cocok untuk diterapkan di Kota Bandung?

Pengolahan sampah sekelas insinerator yaitu gasifikasi yang mana teknologi ini mengkonversi sampah menjadi gas sintesis. Melalui metode ini hanya ada tiga output yaitu energi, material padat dan gas sintesis. Sehingga tidak ada limbah yang terbuang ke lingkungan. Secara komersial, hasil material padatnya dapat digunakan oleh industri tertentu atau dimanfaatkan sebagai bahan pengerasan jalan. Selain itu, gas sintesis yang dihasilkan dapat dikonversi menjadi gas yang bisa dimanfaatkan berbagai industri dan aman apabila dilepaskan ke lingkungan.   

Pengolahan sampah lain yang lebih sederhana dan dapat diaplikasikan dengan skala yang lebih kecil adalah dengan menggunakan metoda black soldier fly (BSF), yaitu memanfaatkan maggot untuk mengurai sampah. Pengolahan sampah ini dapat dilakukan dengan ember-ember kecil yang dapat dipindah-pindahkan dengan mudah. Namun penulis merekomendasikan penerapan sistem sentralisasi pembiakan maggot sehingga hanya maggot yang siap makan saja yang disalurkan ke berbagai tempat pengolahan skala kecil yang tersebar di area perkotaan. Sehingga selain meminimalisir bau dari sampah juga secara ekonomis lebih efektif dan efisien.  (GG).   

Sumber: 

https://www.cpr.undip.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/Gasifikasi-Plasma-Mengatasi-Masalah-Sampah-Perkotaan-dan-Menghasilkan-Energi-Listrik.pdf

https://bpsdm.pu.go.id/center/pelatihan/uploads/edok/2019/04/a6a40_8._Modul_Gasifikasi.pdf

Review Rencana Induk Pengelolaan Sampah Kota Bandung Tahun 2019

Komentar